Thursday, 30 May 2013

Mi Instan, Lezat tapi Tidak Sehat



 Sumber: http://www.entitashukum.com/bahaya-mie-instan-bagi-tubuh-anda/

Mi instan tentu merupakan makanan yang sangat familiar bagi semua kalangan masyarakat. Cara penyajian yang praktis, harga yang terjangkau, dan rasa yang lezat tentu saja membuat sebagian besar orang menjadi hobi mengonsumsi mi instan. Namun, bagi Anda yang hobi mengonsumsi mi instan atau bahkan menjadikannya makanan sehari-hari sebagai pengganti nasi perlu berhati-hati dan mulai mengurangi kebiasaan Anda. Mi instan yang berhasil mencuri selera sebagian besar orang tersebut ternyata dapat menjadi racun yang mematikan secara perlahan-lahan. Berikut kandungan dan bahaya mi instan apabila dikonsumsi secara berlebihan dengan tingkat frekuensi tinggi.
a.   Zat lilin
Mi instan berbeda dengan mi basah. Mi instan bersifat kering dan tidak lengket satu dengan lainnya. Hal ini karena mi instan mengandung zat lilin. Zat lilin yang masuk ke dalam tubuh akan sulit dicerna, paling tidak membutuhkan waktu hingga 3 hari. Akibatnya, kesehatan pencernaan akan mengalami gangguan. Apabila konsumsi dilakukan secara terus-menerus, zat lilin akan menumpuk di dalam tubuh sehingga berakibat terbentuknya sel-sel kanker. Pengonsumsi mi instan yang berlebihan dapat terkena kanker hati, kanker usus, leukemia, rusaknya sel otak, terjadi stroke, atau kelumpuhan.   
b.   Natrium berlebih
Mi instan juga mengandung natrium yang berlebihan. Natrium sangat berbahaya bagi penderita mag karena dapat menetralkan asam lambung. Lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak agar dapat mencerna makanan. Akibatnya, asam lambung akan naik sehingga terjadi iritasi dinding lambung. Kandungan natrium yang tinggi juga membahayakan bagi penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Natrium dalam mi instan ini dapat meningkatkan tekanan darah sebagaimana natrium dalam garam dapur (NaCl).
c.   MSG, HVP, dan Yeast extract
Rasa gurih atau umami yang terdapat pada bumbu mi instan berasal dari MSG atau vetsin. Apabila dikonsumsi melebihi batas, MSG diduga dapat mengakibatkan penyakit sindrom restoran Cina. Selain MSG, bahan pembuat rasa gurih yang lainnya berupa HVP (Hidrolized Vegetable Protein) dan Yeast Extract. HVP merupakan jenis protein yang dihidrolisis dengan asam klorida atau enzim. Sumber enzim dapat berupa hewan, tumbuhan, atau mikroorganisme. Apabila sumber enzim tidak sehat dapat berakibat tidak sehat pula HVP yang diproduksi. Sementara itu, yeast extract yang berbahaya jika digunakan pada pelengkap mi instan adalah yeast extract yang berasal dari asam amino hewan.
d.   Flavour
Flavour merupakan bahan penambah rasa mi instan yang tersedia dengan berbagai macam rasa. Misal rasa soto ayam, kari ayam, baso, dan ayam bawang. Jika flavour berasal dari hewan, maka hewan yang digunakan harus hewan sehat. Begitu pula dengan cara penyembelihannya juga harus tepat.
Beberapa tips mengonsumsi mi instan dengan resiko yang lebih kecil sebagai berikut.
1.  Merebus mi instan dilakukan dua kali dengan diaduk-aduk, pada perebusan pertama air rebusan sebaiknya dibuang karena zat lilin sebagian telah larut dalam air rebusan.
2.  Masak kembali mi instan dengan air mendidih yang baru hingga mi matang dan siap diberi bumbu.
3. Jika menginginkan mi diberi kuah, dapat pula menggunakan air panas lain yang berasal dari termos dan tidak tercampur mi saat merebusnya.
4. Tidak memasak mi bersamaan dengan bumbunya karena jika MSG dimasak di atas suhu 120 0C akan berubah sifat menjadi karsinogenik (mengakibatkan kanker). Bumbu sebaiknya ditaburkan setelah mi matang atau bumbu ditaruh di mangkuk sajian.
4.  Mengonsumsi mi dengan jarak paling tidak 3 hari sekali dengan metode memasak yang tepat. Tubuh memerlukan waktu 3 hari untuk menetralkan zat tambahan dalam mi instan.
5. Menambahkan sayuran, telur, atau bahan makanan lain yang dapat meningkatkan kadar gizi dari mi instan.
6. Memilih mi instan dengan hati-hati. Meskipun di pasaran terdapat mi instan berwarna hijau yang terbuat dari bahan alami, namun perlu diwaspadai pewarna hijau tersebut merupakan pewarna alami atau buatan.

No comments:

Post a Comment