Friday 17 May 2013

Sifat Koligatif Larutan



a. Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa rumusan sebagai berikut.
1)   Konsentrasi molar (M)
      Konsentrasi molar menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
    

M = mol zat terlarut     atau 
          liter larutan

M = 1.000 x  g
         mL      Mr      

Keterangan:
g    = massa zat terlarut (gram)
Mr  = massa molekul relatif zat terlarut
M   = kemolaran (mol L-1 atau molaritas)
2)   Konsentrasi Molal (m)
       Konsentrasi molal menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1.000 gram (1 kg) pelarut.

     m = mol zat terlarut     atau
             1 kg pelarut


     m = a  x  1.000
      Mr        p
Keterangan:
a    = massa zat terlarut (gram)
p    = massa pelarut (gram)
Mr  = massa molekul relatif zat terlarut
m   = kemolalan (mol kg-1 atau molalitas)
3)   Fraksi Mol (X)
Fraksi mol menyatakan banyaknya mol suatu komponen dalam larutan dibagi banyaknya mol seluruhnya.
Fraksi mol A (XA) =     nA         
                                nA + nB
Fraksi mol B (XB) =     nB        

                           nA + nB
Keterangan:
nA   = mol zat terlarut
nB  = mol zat pelarut
4)   Persentase berat (%)
      Persentase berat menyatakan banyaknya zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan.


% = massa zat terlarut  x 100%
        massa larutan
b. Sifat koligatif larutan nonelektrolit
Sifat koligatif adalah sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut serta tidak tergantung pada jenis zat terlarut.
1)   Penurunan tekanan uap (∆P)
Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan pada saat molekul-molekul suatu cairan akan berubah menjadi molekul-molekul uapnya. 


P = P0 – ΔP

ΔP = XA . P0

ΔP = mol zat terlarut  x P0
         mol seluruh zat

Keterangan:
P    = tekanan uap larutan
P0   = tekanan uap pelarut (diketahui)
∆P = penurunan tekanan uap
XA = fraksi mol zat terlarut
2)   Kenaikan titik didih (∆Tb)
Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut maka titik didihnya akan naik.
∆Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut murni
∆Tb = m x Kb


∆Tb = g  x  1.000  x Kb
         Mr         P   
Keterangan:
∆Tb      = kenaikan titik didih
m         = konsentrasi molal
Kb        = kenaikan titik didih molal (diketahui)
g         = massa zat terlarut
P          = massa zat pelarut
Mr        = Mr zat telarut
3)   Penurunan titik beku (∆Tf)
Suatu pelarur jika ditambah zat terlarut maka titik bekunya akan turun.
∆Tf = titik beku pelarut murni – titik beku larutan
∆Tf = m x Kf


∆Tf = g  x  1.000  x Kf
         Mr         P   
Keterangan:
∆Tf       = penurunan titik beku
m         = konsentrasi molal
Kb        = kenaikan titik didih molal (diketahui)
g         = massa zat terlarut
P          = massa zat pelarut
Mr        = Mr zat telarut
4)   Tekanan osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran dari pelarut murni ke dalam larutan.
π    = M x R x T


π = 1.000  x  g  x RT
         mL      Mr
Keterangan:
π    = tekanan osmotik (atm)
M   = konsentrasi molal (mol/L)
g   = massa zat terlarut (gram)
Mr  = massa molekul relatif zat terlarut
mL = volume larutan (mL)
R   = tetapan gas = 0,082 L atm mol-1 K-1
K   = suhu mutlak (K atau 273 + oC)
c. Sifat koligatif larutan elektrolit
Larutan elektrolit meliputi asam, basa, dan garam. Untuk larutan elektrolit, rumus-rumus tersebut dikalikan dengan faktor van’t Hoff (i).
i = 1 + (n – 1) α
Keterangan:
i     = faktor van’t Hoff
n    = jumlah ion
α    = derajat ionisasi


∆P = XA . P0 . i
∆Tb = m x Kb x i
∆Tf = m x Kf x i
π    = M x R x T x i
Larutan elektrolit kuat mempunyai α = 1, sehingga i = n.

No comments:

Post a Comment