A. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah
reaksi serah terima elektron yang disertai perubahan bilangan oksidasi atom-atom
yang terlibat dalam reaksi. Reaksi redoks mengandung peristiwa reduksi dan
oksidasi. Perbedaan reaksi reduksi dan oksidasi sebagai berikut.
No.
|
Reaksi
Reduksi
|
Reaksi
Oksidasi
|
1.
|
Reaksi pelepasan oksigen
|
Reaksi pengikatan oksigen
|
2.
|
Reaksi penangkapan elektron
|
Reaksi pelepasan elektron
|
3.
|
Reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi
|
Reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi
|
4.
|
Bertindak sebagai oksidator (tereduksi atau pengoksidasi atau
mengoksidasi)
|
Bertindak sebagai reduktor (teroksidasi atau pereduksi atau
mereduksi)
|
Reaksi autoredoks atau disproporsionasi adalah reaksi redoks tetapi
hanya satu spesi yang mengalami reduksi dan oksidasi.
Reaksi koproporsionasi adalah reaksi redoks tetapi reaksi reduksi
maupun oksidasi menghasilkan spesi yang sama.
Mol electron merupakan selisih bilangan oksidasi.
B. Penentuan Bilangan
Oksidasi
Ketentuan bilangan oksidasi sebagai berikut.
1. Bilangan oksidasi setiap atom dalam unsur bebas adalah nol.
2. Bilangan oksidasi atom logam pada suatu senyawa
atau ion sesuai dengan letak golongan pada sistem periodic unsure dan selalu
bertanda positif. Bilangan oksidasi maksimal sam dengan nomor golongan,
sedangkan bilangan oksidasi minimal sama dengan nomor golongan dikurangi 8.
3. Bilangan oksidasi ion suatu atom sama dengan
muatan ion tersebut.
4. Bilangan oksidasi H dalam senyawa yaitu +1,
kecuali pada senyawa hidrida (NaH, LiH, CaH2, dan AlH3)
bilangan oksidasi H yaitu -1.
5. Bilangan oksidasi atom O dalam senyawa yaitu
-2, kecuali pada senyawa peroksida (H2O2 dan BaO2)
bilangan oksidasi O yaitu -1, senyawa superoksida (KO2 dan RbO2) bilangan oksidasi O yaitu -1/2, dan senyawa
OF2 yang mempunyai bilangan oksidasi O yaitu +2.
6. Jumlah total bilangan oksidasi atom-atom
dalam suatu senyawa nol.
7. Jumlah total bilangan oksidasi atom-atom
dalam suatu ion poliatom sama dengan muatan ion tersebut.
8. Jika dua atom berikatan, bilangan oksidasi
negatif selalu dimiliki atom yang keelektronegatifannya lebih besar.
9. Unsur
yang melepas elektron mempunyai bilangan oksidasi positif dan unsurr yang
mengikat elektron mempunyai bilangan oksidasi negatif.
C. Penyetaraan Reaksi
Redoks
Penyetaraan reaksi redoks
dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut.
1.
Metode setengah reaksi atau ion
elektron
Caranya sebagai berikut.
a.
Memisahkan reaksi menjadi dua
persamaan reaksi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi ditulis dalam
bentuk ion yang mengalami perubahan bilangan oksidasi saja.
b.
Menyetarakan O maupun H. Jika
reaksi berlangsung dalam suasana asam maka caranya dengan menyetarakan jumlah
muatan yaitu dengan menambahkan elektron seruas dengan H+ untuk
masing-masing setengah reaksi redoks sehingga muatan di ruas kiri dan ruas
kanan setara. Jika reaksi berlangsung dalam suasana basa maka muatan dapat
disamakan dengan menambahkan elektron pada masing-masing setengah reaksi redoks
sehingga muatan di ruas kiri dan kanan setara. Selain itu dapat pula dilakukan
seperti penyetaraan dalam suasana asam. Namun, H+ diganti OH- dengan cara
menambahkan OH- pada kedua ruas sebanyak H+. Selanjutnya,
menggabungkan H+ dan OH- menjadi H2O dan
mengurangi kelebihan H2O. Jumlah muatan untuk masing-masing setengah
reaksi redoks disetarakan dengan menambahkan elektron sehingga muatan pada ruas
kiri dan kanan setara.
c.
Menyetarakan jumlah elektron
pada kedua persamaan setengah reaksi. Jumlah elektron merupakan kelipatan
terkecil dari elektron di kiri dan kanan tanda reaksi.
d.
Menjumlahkan kedua persamaan
setengah reaksi.
2.
Metode bilangan oksidasi
Caranya dengan menyamakan jumlah
elektron yang dilepaskan oleh oksidator dan elektron yang diikat oleh reduktor.
Prinsip metode ini dengan menyilangkan. Perubahan bilangan oksidasi pada reaksi
reduksi digunakan sebagai koefisien reaktan yang mengalami oksidasi. Perubahan
bilangan oksidasi pada reaksi oksidasi digunakan sebagai koefisien reaktan yang
mengalami reduksi. Reaksi kemudian diselesaikan dengan prinsip suasana asam dan
basa.
D. Deret Volta dan
Potensial Reduksinya
Reduktor yang bersifat kuat artinya mudah melepaskan elektron,
sedangkan reduktor lemah bersifat sulit melepaskan elektron. Urutan logam-logam
berdasarkan sifat reduktor dari terkuat hingga terlemah dinamakan Deret Volta.
Urutan deret Volta sebagai berikut.
K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – (H2O) – Zn - Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Cu
– Hg – Ag – Pt – Au
Dalam deret Volta tersebut semakin ke kiri letak logamnya maka
semakin kuat sifat reduktornya. Suatu logam mampu mereduksi ion-ion di kanannya
tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion di kirinya.
Potensial reduksi (Eo) adalah potensial listrik yang
ditimbulkan apabila suatu ion logam menangkap elektron menjadi logamny. Semakin
mudah ion logam mengalami reduksi maka semakin besar Eo yang
ditimbulkan. Dalam deret Volta, semakin ke kiri maka harga Eo
semakin kecil. Sebaliknya, semakin ke kanan maka harga Eo semakin
besar. Standar yang digunakan adalah hidrogrn yang mempunyai harga Eo
= 0,00 volt. Logam-logam di kiri H mempunyai Eo negatif. Sementara
itu, logam-logam di kanan H mempunyai Eo positif.
E. Sel Elektrokimia
Sel elektrokimia adalah sel-sel yang terjadi perubahan energi
listrik menjadi energi kimia atau sebaliknya. Dalam sel elektrokimia, reaksi
redoks berlangsung pada bagian sel yang disebut electrode. Elektrode meliputi
anode dan katode. Anode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
Katode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi. Sel elektrode terdiri
atas sel Volta dan sel elektrolisis. Sel Volta atau sel Galvani adalah sel yang
mempunyai elektrode logam yang dicelupkan ke dalam larutan garamnya. Sel
elektrolisis adalah sel elektrokimia yang juga menggunakan elektrode berupa
katode, anode, dan larutan elektrolit. Perbedaan sel Volta dan sel elektrolisis
sebagai berikut.
No.
|
Sel Volta
|
Sel elektrolisis
|
1.
|
Perubahan energi terjadi dari kimia menjadi listrik
|
Perubahan energi terjadi dari listrik menjadi kimia
|
2.
|
Anode (oksidasi) merupakan elektrode negatif
|
Anode (oksidasi) merupakan elektrode positif
|
3.
|
Katode (reduksi) merupakan elektrode positif
|
Katode (reduksi) merupakan elektrode negatif
|
4.
|
Contoh sel aki, batu baterai, dan sel bahan bakar
|
Contoh pemurnian logam, penyepuhan logam, dan penguraian air
|
Pada sel Volta, elektron mengalir dari anode ke katode. Notasi sel
Volta sebagai berikut.
Anode │ion║ion│katode
Logam yang mempunyai Eo lebih kecil selalu merupakan
anode (mengalami oksidasi), sedangkan logam yang mempunyai Eo lebih
besar merupakan katode (mengalami reduksi). Potensial listrik yang dihasilkan
sel Volta dihitung dengan cara berikut.
Eo sel = Eo besar – Eo
kecil atau Eo sel = Eo
reduksi – Eo oksidasi
Reaksi-reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis sebagai berikut.
1. Reaksi pada katode
Reaksi pada katode
merupakan reaksi reduksi terhadap kation. Reaksi pada katode memenuhi ketentuan
sebagai berikut.
a. Ion-ion golongan IA, IIA, Al3+, dan Mn2+
2H2O + 2e-
→ 2OH- + H2
b. Ion-ion logam yang lain
Mn+ + ne → M
c. Ion H+ (asam)
2H+ + 2e-
→ H2
d. Ion-ion golongan
IA, IIA, Al3+, dan Mn2+ akan mengalami reaksi (b) jika
yang dielektrolisis adalah leburan (cairan) elektrolit tanpa ada air.
2. Reaksi pada
anode
Reaksi pada anode merupakan reaksi
oksidasi terhadap anion. Reaksi pada anode memenuhi ketentuan sebagai berikut.
a.
Ion-ion F-, Cl-,
Br-, dan I-
Jika elektrode anode terbuat dari logam
Pt, Au, atau C (logam inert) maka ion negatif tersebut yang mengalami oksidasi.
2X- → X2 + 2e-
b. Ion-ion SO42-, NO3-,
dan PO43-
Jika elektrode anode terbuat dari logam
Pt, Au, atau C (logam inert) dan ion negatif mengandung atom O (anion sisa asam
oksi), seperti SO42-, NO3-, dan PO43-
maka yang mengalami oksidasi adalah air (H2O).
2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e-
c. Ion OH- (basa)
4OH- → 2H2O + 4e-
+ O2
d. Pada penyepuhan dan pemurnian logam, anode
merupakan logam pelapis atau logam tidak murni atau logam aktif (selain logam
Pt, Au, dan C) yang mengalami oksidasi menjadi ion yang larut.
M → Mn+ + ne-
Keterangan:
M = logam
n = jumlah muatan atau ion
F. Korosi
Korosi adalah proses
terjadinya reaksi oksidasi suatu logam di udara bebas atau dengan zat di
sekitarnya sehingga menghasilkan oksida logam atau logam karbonat. Korosi yang
terjadi pada logam besi akan menghasilkan karat dengan rumus molekul Fe2O3.xH2O.
Faktor-faktor yang
memengaruhi korosi meliputi uap air atau air, oksigen, larutan elektrolit,
permukaan logam yang tidak rata, kontak dengan logam lain yang kurang aktif,
serta asam. Timbulnya korosi besi dapat dicegah dengan cara sebagai berikut.
1. Perlindungan mekanis
Perlindungan mekanis
dilakukan dengan cara pengecatan, melumuri dengan oli, membalut dengan plastik,
melapisi dengan seng atau timah, serta membuat paduan logam.
2. Perlindungan elektrokimia
Perlindungan elektrokimia
dikenal dengan nama perlindungan katode (proteksi katodik) atau pengorbanan
anode (anodeising). Caranya dengan menghubungkan logam dengan logam yang
mempunyai Eo lebih kecil, seperti magnesium.
G. Hukum Faraday
Bunyi hukum Faraday
sebagai berikut.
1. Hukum Faraday I
“Jumlah zat yang dihasilkan pada elektrode
sebanding dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut”.
Perumusannya sebagai berikut.
W = e x i x t
96.500
W = e x F
F = mol elektron = i x t = coulomb
96.500
96.500
No comments:
Post a Comment