Friday 26 April 2013

Struktur Atom




A.    Atom
Zat-zat yang ada di sekitar kita tersusun dari bagian terkecil yang dinamakan atom. Menurut Demokritus, seorang filsafat Yunani (460-370 SM) mengartikan bahwa atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Pendapat tersebut disangkal oleh Aristoteles (384–322 SM) yang menyatakan bahwa materi bersifat kontinu (materi dapat dibelah terus-menerus sampai tidak berhingga). Aristoteles lebih menyetujui teori Empedokles, yaitu materi tersusun atas api, air, tanah, dan udara. Anggapan tersebut selanjutnya digunakan oleh para ilmuwan hingga berabad-abad sampai munculnya John Dalton (1805) yang mengemukakan teori atomnya.
1.        Partikel Penyusun Atom
Atom pada dasarnya tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom tersusun dari proton dan neutron.
a.       Elektron
Penemuan elektron diawali dari percobaan tabung sinar katode yang dilakukan pertama kali oleh William Crookes (1875). Crookes menemukan sinar yang muncul dari arah katode menuju anode. Oleh George Johnstone Stoney (1891), sinar katode ini dinamakan elektron. Pada tahun 1897, Joseph John Thomson melanjutkan eksperimen William Crookes. Thomson mengamati pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode. Hasilnya, Thomson dapat membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam suatu atom karena sinar katode dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik.


Sumber: http://mfyeni.wordpress.com/kelas-x/perkembangan-teori-atom/struktur-atom/
Gambar 1.1 Percobaan Pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode
Robert Andrew Milikan (1908) berhasil menemukan besarnya muatan elektron melalui percobaan tetes minyak Milikan, yaitu sebesar 1,6022 x 10-19 coulomb. Dengan demikian massa elektron dapat dihitung yaitu sebesar 9,1096 x 10-28 g. Berdasarkan percobaan-percobaan tersebut dan untuk lebih memudahkan, muatan elektron diberi nilai = -1 dan massa elektron = 0, sehingga elektron dapat dilambangkan .


Sumber: http://mfyeni.wordpress.com/kelas-x/perkembangan-teori-atom/struktur-atom/
Gambar 1.2 Percobaan tetes  minyak Milikan
b.      Proton
Eugene Goldstein (1886) melakukan percobaan menggunakan tabung gas yang memiliki katode. Tabung gas tersebut diberi lubang-lubang dan muatan listrik. Pada saat terbentuk elektron yang menuju anode ternyata terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang pada katode. Di antara beberapa gas, gas hidrogen yang menunjukkan hasil sinar muatan positif paling kecil dengan massa paling kecil. Selanjutnya, sinar ini disebut sebagai proton. Berdasarkan percobaan disimpulkan bahwa massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1. Proton dilambangkan dengan .

Gambar 1.3 Percobaan Golsdstein untuk menemukan proton
c.       Neutron
Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan lempeng emas tipis. Hasilnya, Rutherford menyatakan bahwa atom tersusun dari inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif sehingga atom bersifat netral. Sementara itu, massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang terdapat dalam inti atom. Dengan demikian diperkirakan ada partikel lain di dalam inti atom.


Gambar 1.4 Percobaan penembakan lempeng tipis emas
W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan percobaan penembakan partikel alfa pada inti atom berilium. Percobaan ini menghasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi. Pada tahun 1932, James Chadwick melanjutkan eksperimen dan menemukan bahwa partikel yang menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi tersebut bersifat netral (tidak bermuatan) dan massanya hampir sama dengan proton. Partikel tersebut selanjutnya dinamakan neutron. Neutron dilambangkan dengan  
2.    Nomor Atom dan Nomor Massa
Atom umumnya terdiri atas ruang hampa yang di dalamnya terdapat inti yang sangat kecil. Massa dan muatan positif atom dipusatkan dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif. Inti atom tersusun dari proton dan neutron. Jumlah proton dalam inti atom menentukan muatan inti atom, sedangkan massa inti ditentukan oleh banyaknya proton dan neutron. Ketiga partikel subatom (proton, neutron, dan elektron) dengan kombinasi tertentu membentuk atom suatu unsur yang mempunyai lambang tertentu. Berdasarkan penemuan partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A). Lambang atom suatu unsur dapat dituliskan sebagai berikut.
 
 Keterangan:
X = lambang unsur
A = nomor massa
Z = nomor atom
Nomor atom (Z) = jumlah proton
Nomor massa (A) = jumlah proton + jumlah neutron
Jumlah neutron = nomor massa – jumlah proton/nomor atom
Jumlah elektron = proton untuk atom netral, jumlah elektron kurang dari jumlah proton untuk ion positif, dan jumlah elektron lebih dari jumlah proton untuk ion negatif.
      Nomor atom (Z) menunjukkan jumlah proton (muatan positif) atau jumlah elektron dalam atom tersebut. Jika atom bersifat netral maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya, sehingga nomor atom juga menunjukkan jumlah elektron. Nomor atom merupakan ciri khas suatu unsur. Jumlah elektron inilah yang paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur. Massa elektron sangat kecil dan dianggap nol sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron. Nomor massa (A) menyatakan banyaknya proton dan neutron yang menyusun inti atom suatu unsur. Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur.
3.    Isotop, Isobar, dan Isoton
Isotop, isobar, dan isoton merupakan suatu persamaan yang dimiliki oleh beberapa unsur.
a.       Isotop adalah unsur-unsur yang mempunyai nomor atom atau proton yang sama tetapi nomor massanya berbeda. 
b.      Isobar adalah unsur-unsur yang mempunyai nomor massa yang sama tetapi nomor atom atau protonnya berbeda. 
c.       Isoton adalah unsur-unsur yang mempunyai jumlah neutron sama tetapi jumlah protonnya berbeda. 
Hampir semua unsur di alam yang telah ditentukan jumlah proton dan neutronnya memiliki lebih dari satu isotop. Oleh karenanya, massa atom suatu unsur dapat ditentukan dengan menghitung kelimpahan setiap isotop unsur yang bersangkutan tersebut di alam.
Contoh soal:
Suatu unsur di alam memiliki isotop dan  dengan kelimpahan secara berturut-turut 69,1 % dan 30,9 %. Berapa massa rata-rata atom unsur X?
Jawaban:
Massa rata-rata atom X dapat dihitung dengan cara menghitung kelimpahan dari kedua isotop.
Ar =  =  = 63,62
4.        Konfigurasi  Elektron dan Elektron Valensi
Elektron yang mengelilingi inti atom berada pada lintasan tertentu yang dinamakan kulit atom. Lambang kulit atom dimulai dari yang dekat dengan inti meliputi kulit K, L, M, N, dan seterusnya. Semakin jauh dari inti atom, tingkat energi dari kulit atom semakin tinggi. Jumlah elektron yang menempati suatu lintasan atau kulit berbeda-beda. Susunan elektron dalam setiap lintasan atau kulit atom dinamakan konfigurasi elektron. Dengan mengetahui konfigurasi elektron suatu atom, dapat ditentukan nomor golongan, nomor periode, dan elektron valensi suatu atom. Perhatikan gambar berikut!
Gambar 1.5 Kulit atom dan elektron yang menempatinya
Jumlah elektron maksimum pada kulit ke-n= 2n2. Misal kulit pertama (n = 1) berisi maksimum 2 elektron, kulit kedua (n = 2) berisi maksimum 8 elektron, kulit ketiga (n = 3) berisi maksimum 18 elektron, dan kulit keempat (n = 4) berisi maksimum 32 elektron. Cara pengisian konfigurasi elektron ditunjukkan oleh contoh pada tabel berikut.
Nomor Atom (Jumlah Elektron)
Konfigurasi Elektron
1
4
12
15
19
20
35
1
2.2
2.8.2
2.8.5
2.8.8.1
2.8.8.2
2.8.18.7
Konfigurasi elektron pada unsur dengan nomor atom 19 dan 20 tidak dituliskan dengan konfigurasi elektron 2.8.9 dan 2.8.10. Hal ini berhubungan dengan pengisian elektron yang didahulukan sub kulit yang mempunyai tingkat energi lebih rendah terlebih dahulu. Cara penulisan konfigurasi elektron menggunakan sub kulit akan dipelajari pada materi di kelas XI.
Elektron valensi adalah jumlah elektron pada kulit terluar suatu atom netral. Elektron valensi berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan reaksi kimia. Jumlah elektron valensi ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari konfigurasi elektron suatu atom unsur. Unsur-unsur yang memiliki jumlah elektron valensi sama akan memiliki sifat kimia yang sama pula. Contoh penentuan jumlah elektron valensi sebagai berikut.
Unsur  mempunyai nomor atom 17. Konfigurasi elektronnya yaitu 2.8.7. Jumlah elektron valensinya 7.  
B.     Perkembangan Teori Atom
Teori atom pada awalnya dikemukakan oleh Democritus. Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah secara terus-menerus, pada saat tertentu akan diperoleh bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian seperti ini oleh Democritus disebut atom. Istilah atom berasal dari bahasa Yunani, yaitu “a” yang artinya tidak dan “tomos” yang artinya dibagi. Jadi, atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibelah lagi tetapi masih memiliki sifat kimia dan sifat fisika benda asalnya. Selanjutnya, penentuan gambaran susunan partikel-partikel dasar di dalam atom (model atom) mengalami perkembangan. Urutan perkembangan tersebut sebagai berikut.
1.      Model Atom Dalton
Teori atom menurut John Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (hukum Proust). Pokok-pokok teori atom Dalton sebagai berikut.
a.       Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
b.      Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil. Suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
c.       Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misal air terdiri atas atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen dengan perbandingan tertentu.
d.      Reaksi kimia merupakan pemisahan, penggabungan, atau penyusunan kembali atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Model atom Dalton digambarkan sebagai bola pejal pada tolak peluru.

Gambar 1.6 Model atom Dalton
Teori atom Dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik. Teori atom ini selanjutnya disempurnakan oleh Thomson.
2.      Model Atom Thomson
Teori atom menurut J. J. Thomson menyatakan bahwa atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron yang bermuatan negatif. Model atom Thomson digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. Biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar merata dalam bola daging jambu yang pejal dan bermuatan positif.
                 
Gambar 1.7 Model atom Thomson
Kelemahan teori atom Thomson yaitu tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut. Kelemahan teori ini selanjutnya disempurnakan oleh Rutherford.
3.      Model Atom Rutherford
Rutherford mengadakan percobaan hamburan sinar alfa dari uranium. Kesimpulan dari percobaan tersebut sebagai berikut.
a.       Atom adalah bola berongga yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya.
b.      Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.
Teori atom ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan alasan elektron tidak dapat jatuh ke dalam inti atom. Menurut teori fisika, gerakan elektron mengitari inti atom disertai pemancaran energi. Oleh karenanya, energi elektron lama-kelamaan akan berkurang dan lintasannya semakin lama mendekati inti lalu jatuh ke dalam inti.


Gambar 1.8 Model atom Rutherford
4.      Model Atom Niels Bohr
Niels Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaan Bohr menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
a.       Atom terdiri atas inti yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
b.      Elektron dapat berpindah dari suatu lintasan ke lintasan yang lain dengan menyerap energi (berpindah ke lintasan yang lebih tinggi) atau memancarkan energi (berpindah ke lintasan yang lebih rendah) sehingga energi elektron atom tidak akan berkurang.                                                          


Gambar 1.9 Model atom Bohr
c.       Elektron-elektron berkedudukan pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut kulit-kulit elektron.
Kelemahan teori ini adalah  tidak dapat menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak. Selain itu, teori atom Bohr juga tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dengan baik serta pengaruh medan magnet terhadap atom-atom.
5.       Model Atom Modern (Model Atom Mekanika Kuantum)
Pada tahun 1926, Erwin Schrodinger mengembangkan model atom mekanika kuantum. Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian. Prinsip ketidakpastian tersebut menyatakan bahwa tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom. Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger. Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai sekarang.


Gambar 1.10 Model atom mekanika kuantum
Awan elektron yang berada di sekitar inti menunjukkan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk subkulit. Beberapa subkulit bergabung membentuk kulit. Dengan demikian, kulit terdiri atas beberapa subkulit dan subkulit terdiri atas beberapa orbital. Meskipun posisi kulit sama, tetapi posisi orbital belum tentu sama.
Model atom mekanika kuantum mempunyai beberapa ciri khas sebagai berikut.
a.       Gerakan elektron memiliki sifat gelombang sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom).
b.      Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut.
c.       Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.
Kelemahan model atom mekanika kuantum ini adalah persamaan gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk partikel dalam kotak dan atom dengan elektron tunggal.

No comments:

Post a Comment